Kamis, 28 Juli 2016

halal bihalal



Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah satu dari istilah-istilah "keagamaan" yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan kebenarannya dari segi bahasa , walaupun semua pihak menyadari bahwa tujuannya adalah mencipakan keharmonisan antara sesama.

Paling tidak ada dua makna. Pertama, bertitik tolak dari pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasan.

Menurut pandangan pertama - dari segi hukum - kata halal biasanya dihadapkan dengan kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah sesuatu yang diperbolehkan serta tidak mengundang dosa. Jika demikian, halal bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa. menjadi halal dengan jalan memohon maaf.

Pengertian seperti yang dikemukakan di atas pada hakikatnya belum menunjang tujuan keharmonisan hubungan, karena dalam bagian halal terdapat sesuatu yang dinamai makruh atau yang tidak disenangi dan sebaiknya tidak dikerjakan. Pemutusan hubungan (suami-istri, mislanya) merupakan sesuatu yang halal tapi paling dibenci Tuhan. atas dasar itu, ada baiknya makna halal bihalal tidak dikaitkan dengan pengertian hukum.

Menurut pandangan kedua - dari segi bahasa - akar kata halal yang kemudian membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-bentukan tersebut, antara lain, berarti "menyelesaikan problem", "meluruskan benang kusut", "melepaskan ikatan", dan "mencairkan yang beku". Jika demikian, berarti suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan pada pelakunya untuk meluruskan benag kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan.
Itulah makna serta substansi halal bihalal, atau jika istilah tersebut enggan anda gunakan, katakanlah bahwa itu merupakan hakikat Idul Fitri, sehingga semakin banyak dan seringnya Anda mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati yang Anda obati dengan memaafkan , maka semakin dalam pula penghayatan dan pengamalan Anda terhadap hakikat halal bihalal . Bentuknya memang khas Indonesia, namun hakikatnya adalah hakikat ajaran Islam.

penafsiran isa al masih

PENAFSIRAN ISA AL-MASIH PADA AL-FATIHAH!!!


Kitab-01Kita perlu mengingat bahwa Al-Fatihah adalah sura utama dari Al-Quran.  Dapat dikatakan bahwa tujuh ayat dalam Al-Fatihah diucapkan lebih sering dari semua doa lain di dunia.
Setiap orang Islam sangat menghargai Al-Fatihah. Beberapa nama yang diberikan orang Islam pada surat pertama ini, di antaranya: Ummul Kitab (induk kitab), Ummul Qur’an (induk Al-Quran), Ash-Shalah (shalat), al-Hamd (pujian), Al-Wafiyah (yang sempurna), al-Kafiyah (yang mencukupi), ad-Du'au (Do'a),
Maka, Al-Fatihah adalah sura utama dalam Al-Quran!  Sehingga, menurut Bukhari shalat tidak sah jika tidak memuat Al-Fatihah.
Juga dapat dikatakan bahwa, Isa Al-Masih adalah nabi yang sangat dihargai oleh setiap mukmin di dunia.  Isa Al-Masih membawa Injil (kabar baik) pada manusia.  Ia lahir dari seorang perawan.  Ia mengerjakan mujizat-mujizat.  Ia naik ke sorga.  Ia dikenal sebagai Kalimat Allah!
Kitab-04Bagaimana Al-Fatihah jika ditafsirkan dalam terang Injil.  Bagaimana pandangan Isa Al-Masih tentang isi Al-Fatihah? Jelas, pertanyaan ini sangat penting.
Pengurus menulis kurang-lebih 100 karangan singkat (sekitar 150 kata) mengenai penafsiran Isa Al-Masih pada Al-Fatihah.  Saudara akan menerima satu karangan singkat ini setiap minggu. Untuk dapat menerimanya, silahkan mengisi nama dan email di bawah ini.


Mutiara Tersembunyi tentang Isa Al-Masih di Alkitab dan Al-Quran
Pendaftar akan menerima secara cuma-cuma "Buku Doa Nabi-Nabi" yang membuat doa-doa kunci para nabi.